Pamit! Ini Perasaan Perempuan Bali Ketika Mengarungi Bahtra Kehidupan di Keluarga Baru

Pamit! Ini Perasaan Perempuan Bali Ketika Mengarungi Bahtra Kehidupan di Keluarga Baru
foto hanya hilustrasi, sumber foto ig @yowana_photobali 
Ayah tidak akan meneteskan air mata di hadapan anak tersayangnya, ketegaran seorang ayah terlihat disini, beliau tersenyum walaupun matanya berkaca-kaca.

Tapi yakinkah air matanya akan jatuh? Dan hanya dia yang tau. Ada yang pernah mengalami hal seperti ini? Atau mungkin kalian rindu dengan "Ayah"?
Sebab sesungguhnya ibu dikatakan lebih berat dari ibu Pṛthiwī (tanah), karenanya patut menghormati ia dengan sungguh-sungguh, demikian pula lebih tinggilah sesungguhnya penghormatan kepada Ayah daripada tingginya langit, lebih deras jalannya pikiran dibandingkan dengan jalannya angin, lebih banyak sesungguhnya angan-angan itu dibandingkan dengan banyaknya rumput." (Lontar Sarasamuscaya 240).
Seorang perempuan Bali ketika akan mengarungi bahtera kehidupan berkeluarga baru
Pamit! Ini Perasaan Perempuan Bali Ketika Mengarungi Bahtra Kehidupan di Keluarga Baru
foto hanya hilustrasi, sumber foto ig @yowana_photobali 
Memerlukan tekad, cinta kasih yang besar untuk perempuan Bali meninggalkan rumahnya sendiri untuk memasuki rumah yang dijanjikan oleh pendampingnya sebagai ‘rumah barunya’…rumah yang dipenuhi kasih sayang…sama besar kasih sayangnya seperti rumah asalnya.
Namun di kenyataan tidaklah seindah yang dibayangkan…

Tidak semua perempuan Bali teranugrahkan ‘rumah baru’ yang menjadi istana idamannya…

Terkadang rumah baru dan keluarga baru yang menjadi impian indahnya berubah menjadi mimpi buruk yang berkepanjangan…

Untuk calon keluarga baru bagi perempuan Bali (baik mertua, adik - kakak calon suami atau anak anak calon suami yang duda), mohon sayangi, cintai, hormati pilihan kedua insan yang saling mencintai ini…

Perempuan yang hadir di tengah keluarga baru ini dengan ikhlas meninggalkan orang tuanya…mengabdi hingga akhir hayat untuk pujaan hatinya, belum lagi ketulusannya untuk mempertaruhkan nyawanya melahirkan calon calon penerus keluarga selanjutnya.

Tidak mudah bagi seorang perempuan untuk memilih dan "datang" sendirian ke sebuah keluarga baru..

Kemudian harus menyesuaikan diri sedemikian rupa..untuk dapat hidup bersama, hidup di kehidupan keluarga barunya.

Tidaklah mudah..

Yang terjadi kemudiannya adalah konflik batin..

Tangis..

Ketidak cocokan di banyak hal dan kadang harus tetap bertahan demi suami yang dicintainya

Meskipun sebenarnya yang sering terjadi ditutup tutupi hingga menimbulkan stress bahkan depressive.

Disini hendaknya dihayati untuk pendamping (suami) yang penuh pengertian, mampu menengahi, membijaki situasi ini…

Renungkan keikhlasan sang istri yang rela meninggalkan kedua orangtua yang sudah menyayanginya sejak kecil..

Ikhlas meninggalkan rumahnya yang merupakan tempat ternyamannya sejak kecil..

Hanya demi cinta, menaati...mengikutimu dan membahagiakanmu wahai suami...

Dengan harapan bahwa kamulah suami yang akan menjadi pengganti orang yang menyayanginya dan menjadi tempat ternyamannya setelah meninggalkan rumahnya...

Maka.. hargai perasaan istrimu..sayangi istrimu.. jangan disakiti lagi dengan hal hal lain..

Sungguh.. kedua orangtuanya mengijinkannya menikah denganmu..karena mereka berharap,engkau bisa membahagiakannya...

Bahagia itu diciptakan…bukan terciptakan
Pamit! Ini Perasaan Perempuan Bali Ketika Mengarungi Bahtra Kehidupan di Keluarga Baru
foto hanya hilustrasi, sumber foto ig @yowana_photobali 
Renungkan keindahan percakapan ayah dan putrinya yang menginjak dewasa;
  • Anak : “Ayah, mengapa seorang wanita itu sangat mudah menangis?
  • Ayah : “Seorang wanita itu mudah menangis karena Tuhan menciptakan bahu yang cukup kuat untuk menopang dunia, namun harus cukup lembut untuk memberi kenyamanan!
  • Anak : “Menopang dunia?”
  • Ayah : “Iya, karena wanita memiliki peranan sangat penting di dunia ini!
  • Anak : “Bisa ayah jelaskan apa yang istimewa dari seorang wanita?
  • Ayah : “Tuhan memberikan kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak, dan menerima penolakan yang sering datang dari anak-anaknya. Tuhan memberi kekerasan untuk membuatnya tegar saat orang lain menyerah, namun dia mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.”
  • Anak : “Seistimewa itu yah.?”
  • Ayah : “Bukan hanya itu, Tuhan juga memberikan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya saat nanti sudah berkeluarga dalam setiap keadaan. Bahkan ketika anak-anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.”
  • Anak : “Ternyata wanita itu sungguh luar biasa ya, ayah?!
  • Ayah : “Masih ada lagi keistimewaan yang dimiliki seorang wanita.”
  • Anak : “Apa itu yah?”
  • Ayah : “Tuhan memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalan dan melengkapi tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya. Tuhan memberi kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa suami yang baik tak akan pernah menyakiti istrinya. Tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu.”
  • Anak : “Lalu bagaimana dengan lelaki?”
  • Ayah : “Lelaki harus membuat wanita merasa nyaman dan terlindungi saat berada disampingnya.
Jangan pernah membuat hati wanita terluka, apalgi menangis, jika lelaki berniat mempermainkan wanita, ingatlah pengorbanan wanita yang telah melahirkannya.”

Untukmu perempuan Bali yang hebat, selalulah tegar & senyum di segala kondisi…
Onto Dayo Panggilan saya Onto Dayo: hobi menulis dan membaca

0 Response to "Pamit! Ini Perasaan Perempuan Bali Ketika Mengarungi Bahtra Kehidupan di Keluarga Baru"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel